2.2.1
Definisi Ikatan Kimia
Di alam materi umumnya terdapat dalam bentuk
molekul hanya sedikit yang berada dalam bentuk atom bebas beberapa molekul
terbentuk dari atom-atom sejenis seperti Hidrogen (H2), Klorin (Cl2)
dan Belerang (S2). Ada pula molekul yang terbentuk dari atom-atom
yang berbeda misalnya air H2O karbondioksida CO2 dan
glukosa C6 H12 O6 (Sutresna, 2008).
Berdasarkan
sifatnya, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
unsur logam, unsur non logam, dan unsur gas mulia. Unsur-unsur yang bersifat
logam adalah unsur-unsur yang termasuk golongan 1A. IIA, dan IIIA (kecuali boron),
IVA (kecuali karbon dan silikon), sebagian VA (antimon dan bismut), IB, IIB,
IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB dan VIIIB. Unsur-unsur yang bersifat non logam adalah
unsur-unsur yang termasuk golongan IVA (karbon dan silikon) sebagian VA (kecuali
antimon dan bismut), VIA dan VIIA. Adapun unsur-unsur golongan VIIIA dinamakan
gas mulia (Rahayu, 2009).
2.2.2 Kaidah
Oktet dan Duplet
1.
Konfigurasi Elektron Gas Mulia
Unsur-unsur
gas mulia terletak pada golongan VIIIA dalam tabel periodik. Unsur-unsur gas
mulia merupakan unsur-unsur yang inert (sukar
bereaksi) sehingga banyak digunakan dalam industri yang memerlukan kondisi inert. Di alam, unsur-unsur gas mulia
berada dalam bentuk atom bebas (monoatomik) (Sutresna,2008).
Dari
keseluruhan unsur gas mulia, hanya tiga unsur yang diketahui dapat bereaksi
dengan unsur lain. Reaksi tersebut sangat sukar terjadi dan hanya berlangsung
pada kondisi-kondisi yang khusus. Tiga unsur gas mulia tersebut yaitu kripton
(Kr), xenon (Xe) dan radon (Rn). Unsur gas mulia lain yang hingga saat ini
belum diketahui apakah dapat bereaksi dengan unsur lain yaitu helium (He), neon
(Ne) dan argon (Ar). Perhatikan konfigurasi elektron gas mulia tabel 2.1
(Sutresna,2008).
(sumber: Sutresna, 2008)
Pada 1916 GN Lewis dan menyatakan bahwa
unsur-unsur gas mulia sukar berikatan dengan unsur lain maupun dengan unsur
terjadi sebab elektron valensinya sudah penuh konfigurasi elektron valensi gas
mulia sebanyak 8 elektron atau oktet kecuali helium 2 elektron duplet. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa suatu atom yang memiliki konfigurasi elektron serupa
dengan gas mulia akan stabil dan kata lain unsur-unsur yang memiliki
konfigurasi elektron tidak mirip dengan konfigurasi elektron gas mulia tidak
stabil berdasarkan hal itu Lewis menyatakan bahwa unsur-unsur selain gas mulia
dapat mencapai kestabilan dengan cara bersenyawa dengan unsur lain atau unsur
yang sama agar konfigurasi elektron dari setiap atom itu menyerupai konfigurasi
elektron gas mulia suatu atom dapat mencapai konfigurasi elektron gas mulia
dengan cara melepaskan elektron valensi menangkap elektron atau menggunakan
bersama elektron valensi membentuk pasangan elektron (Sunarya dan Setiabudi,
2007).
2.
Konfigurasi elektron dari atom dengan
kecenderungan melepaskan elektron
Pembentukan
suatu senyawa, atom-atom unsur yang memiliki elektron valensi dalam jumlah
sedikit, misalnya unsur-unsur golongan 1A (kecuali atom H), IIA dan IIIA,
memiliki kecenderungan meningkat mengikuti kaidah oktet dengan melepaskan
elektron. Unsur-unsur tersebut melepaskan elektron valensi untuk membentuk ion
positif. Unsur yang memiliki kecenderungan membentuk ion positif disebut unsur
elektronpositif. Nilai muatan positif yang terjadi sesuai dengan elektron
valensi atom atom tersebut. Atom-atom unsur yang cenderung melepas elektron
memiliki energi ionisasi yang relatif kecil. Unsur-unsur ini merupakan
unsur-unsur logam (elektropositif) (Sutresna,2008).
3.
Konfigurasi elektron dari atom dengan
kecenderungan menerima elektron
Pembentukan suatu senyawa, atom-atom unsur yang
memiliki elektron valensi dalam jumlah banyak, misalnya unsur-unsur golongan IVA,
VA, VIA, dan VIIA memiliki kecenderungan mengikuti kaidah oktet dengan cara
menerima elektron untuk membentuk ion negatif. Unsur-unsur yang memiliki
kecenderungan membentuk ion negatif disebut unsur elektronegatif. Nilai muatan
negatif yang terjadi adalah sejumlah elektron yang diterima, yaitu 8 - x (dalam
hal ini x adalah jumlah elektron valensi). Unsur yang cenderung menerima
elektron memiliki afinitas elektron atau keelektronegatifan yang relatif besar.
Unsur-unsur ini merupakan unsur-unsur non logam (Sutresna,2008).
2.2.3 1. Ikatan
Ion
Untuk
mencapai keadaan stabil, atom-atom melakukan ikatan satu sama lain dengan cara
serah-terima elektron valensi membentuk ikatan ion. Senyawa yang dibentuk
dinamakan senyawa ion. Ikatan ion terbentuk akibat adanya serah-terima elektron
di antara atom-atom yang berikatan sehingga konfigurasi elektron dari atom-atom
itu menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Adanya serah-terima elektron
menghasilkan atom-atom bermuatan listrik yang berlawanan sehingga terjadi gaya
tarik-menarik elektrostatik. Gaya tarik-menarik inilah yang disebut ikatan ion.
Atom-atom yang menyerahkan elektron valensinya kepada atom pasangannya yang bermuatan
positif disebut kation. Adapun atom-atom yang menerima elektron yang bermuatan
negatif disebut anion. Lewis menggambarkan elektron valensi
atom dengan titik yang mengelilingi lambang atomnya. Jumlah titik menyatakan
jumlah elektron valensi. Penulisan ini dikenal dengan rumus titik elektron
(Sunarya dan Setiabudi, 2007).
Perhatikan
proses pembentukan natrium klorida (NaCl) yang terbentuk dari atom natrium (Na)
dan atom klorida (Cl) berikut.
Pada
pembentukan kation, jumlah elektron yang
dilepaskan sesuai dengan nomor golongan dalam tabel periodik. Pada pembentukan
ion jumlah elektron yang diterima sama dengan delapan dikurangi nomor golongan
(Sunarya dan Setiabudi, 2007). Pada umumnya, senyawa ionik (senyawa yang
memiliki ikatam ion) terbentuk dari atom logam dan atom nonlogam. Contoh-contoh
senyawa ionik yang terbentuk dari atom logam dan atom nonlogam diantaranya
NaCl, NaBr, KCl, dan KH (Sutresna,2008).
2.2.4 2. Ikatan
Kovalen
Menurut Lewis, atom-atom bukan logam dapat membentuk
ikatan dengan atom-atom bukan logam melalui penggunaan bersama pasangan elektron
valensinya.. Atom-atom bukan logam umumnya berada pada golongan VA sampai VIIA,
artinya atom-atom tersebut memiliki elektron valensi banyak (5-7). Untuk
mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia, atom-atom cenderung mengadakan
saham (saling menyumbang), setiap atom menyumbang elektron valensi
untuk digunakan bersama. Ikatan yang terbentuk melalui penggunaan bersama
pasangan elektron valensi dinamakan ikatan kovalen. Senyawa yang dibentuk
dinamakan senyawa kovalen. Untuk menyatakan elektron valensi dalam ikatan kovalen,
Lewis menggunakan rumus titik elektron (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
a.
Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan
kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan bersama sepasang
elektron. Setiap atom memberikan tambahan 1 elektron untuk digunakan bersama (Sunarya
dan Setiabudi, 2007). Misalnya, struktur Lewis molekul NH3, atom N
memiliki konfigurasi elektron 2 5. Jadi, atom N memiliki lima elektron valensi
dengan distribusi sebagai berikut.
Atom
N memiliki tiga elektron tidak berpasangan sehingga untuk memenuhi kaidah oktet
diperlukan tiga elektron dari H.
Dalam
molekul NH3 terdapat sepasang elektron yang tidak digunakan
(elektron bebas) sehingga disebut pasangan elektron bebas (PEB). Tiga pasangan
elektron yang dipakai bersama oleh atom N dan H disebut pasangan elektron
Ikatan (PEI) (Sutresna,2008).
b.
Ikatan Kovalen Rangkap
Dalam
ikatan kovalen, selain ikatan kovalen tunggal juga terdapat ikatan kovalen
rangkap dua dan rangkap tiga. Ikatan kovalen rangkap dua terbentuk dari dua
elektron valensi yang disahamkan oleh setiap atom, misalnya pada molekul O2
(Sunarya dan Setiabudi, 2007). Ikatan kovalen rangkap dua dibentuk oleh
atom-atom non logam yang menyumbangkan
dua elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi kaedah oktet
(Sutresna, 2008).
Ikatan
kovalen rangkap tiga terbentuk dari tiga elektron valensi yang disahamkan oleh
setiap atom, misalnya dalam molekul N2 (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
c.
Ikatan Kovalen Polar
Sifat
kepolaran ikatan kovalen dipengaruhi oelh perbedaan keelektronegatifan.,
sedangkan bentuk molekul dari atom-atom yang berikatan akan menentukan sifat
kepolaran molekulnya (Sutresna,2008). Molekul diatomik homointi, seperti H2,
Cl2, N2, O2, dan sejenisnya, ke dua inti atom
saling menarik pasangan elektron dengan ikatan sama besar sebab skala
keelektronegatifan setiap atomnya sama. Atom Cl lebih
elektronegatif daripada atom H. Keelektronegatifan Cl = 3, 0 dan H = 2, 1. Oleh
karena atom Cl memiliki daya tarik terhadap pasangan elektron yang digunakan
bersama lebih kuat maka pasangan elektron tersebut akan lebih dekat ke arah
atom klorin. Jika pasangan elektron pada ikatan itu lebih tertarik kepada atom
klorin yang menyebabkan timbulnya terjadinya pembentukan muatan. Oleh karena
pasangan elektron ikatan lebih dekat ke arah atom Cl maka atom Cl akan
kelebihan muatan negatif. Dengan dengan kata lain, atom Cl membentuk kutub
negatif. Akibat bergesernya pasangan pasangan elektron ikatan ke arah atom Cl
maka atom H akan kekurangan muatan negatif sehingga atom H akan membentuk kutub
positif (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
Oleh
karena molekul HCl bersifat netral maka besarnya muatan negatif pada atom Cl
harus sama dengan muatan positif pada atom H. Selain itu, kutub positif dan
kutub negatif dalam molekul kovalen bukan pemisahan muatan total seperti pada
ikatan ion, melainkan secara parsial, dilambangkan dengan σ (Sunarya dan
Setiabudi, 2007).
Jika
dalam satu ikatan kovalen terjadi pengkutuban muatan maka ikatan tersebut
dinamakan ikatan kovalen polar. Molekul
yang dibentuk dinamakan molekul polar. Sebaran muatan elektron pada
molekul polar terdapat diantara rentang ikatan kovalen murni seperti H2,
dan ikatan ion seperti NaCl. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam
molekul-molekul kovalen polar terjadi pemisahan muatan secara parsial akibat
perbedaan keelektronegatifan dari atom-atom yang membentuk molekul (Sunarya dan
Setiabudi, 2007).
Kepolaran
molekul berkaitan dengan kemampuan suatu atom dalam molekul untuk menarik pasangan
elektron ikatan kearahnya. Kemampuan tersebut dinyatakan dengan skala
keelektronegatifan. Selisih nilai keelektronegatifan dua buah atom yang
berikatan kovalen memberikan informasi tentang ukuran kepolaran dari ikatan
yang dibentuknya. Jika selisih keelektronegatifan nol atau sangat kecil, ikatan
yang terbentuk cenderung kovalen murni. Jika selisihnya besar,
ikatan yang terbentuk polar. Jika selisihnya sangat besar, berpeluang membentuk
ikatan ion. Selisih kelektronegatifan antara atom H dan H (dalam molekul H2),
atom H dan Cl (dalam HCl) dan atom Na dan Cl (dalam NaCl) berturut-turut adalah
0; 0,9; dan 2,1 (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
d.
Ikatan Kovalen Koordinasi
Dalam
ikatan kovalen terjadi penggunaan bersama pasangan elektron valensi untuk
mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia (oktet atau duplet). Jika
pasangan elektron yang dipakai pada ikatan kovalen berasal hanya dari salah
satu atom. Berdasarkan gejala kimia, ternyata ada senyawa kovalen yang memiliki
sepasang elektron untuk digunakan bersama yang berasal dari salah satu atom. Ikatan
seperti ini dinamakan ikatan kovalen koordinasi (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
4. Ikatan Logam
Atom logam dan atom logam membentuk kristal logam. Misalnya, logam besi, tembaga, dan aluminium memiliki ikatan logam pada inti atomnya (Sunarya dan Setiabudi, 2007). Elektron-elektron valensi dari atom-atom logam bergerak dengan cepat (membentuk lautan elektron) mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antaratom logam sukar dilepaskan. Unsur-unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar dan kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik ((Rahayu, 2009).
4. Ikatan Logam
Atom logam dan atom logam membentuk kristal logam. Misalnya, logam besi, tembaga, dan aluminium memiliki ikatan logam pada inti atomnya (Sunarya dan Setiabudi, 2007). Elektron-elektron valensi dari atom-atom logam bergerak dengan cepat (membentuk lautan elektron) mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antaratom logam sukar dilepaskan. Unsur-unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar dan kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik ((Rahayu, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar